РЕАЛИИ КАРАБАХА

Лаура Зарбалиева направила главе Министерства иностранных дел Индонезии письмо об армянских провокациях

Руководитель Индонезийского исследовательского центра АУЯ Лаура Зарбалиева направила Министру иностранных дел Республики Индонезия Ретно Марсуди письмо о реалиях Карабаха и военных провокациях армян. Представляем оригинал этого письма.

"Dengan hormat,

Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia menyerukan agar Azerbaijan dan Armenia melakukan  gencatan senjata, dan mengedepankan dialog untuk secara damai menyelesaikan konflik yang sedang berlangsung di Nagorno Karabagh. Kami mengucapkan terima kasih atas seruan Indonesia untuk mengatasi konflik tersebut sesuai dengan hukum internasional dan resolusi Dewan Keamanan PBB yang ada.

Perlu diingat bahwa konflik militer yang sedang berlangsung di Nagorno Karabagh dan kota-kota yang berada di sekitarnya adalah wilayah Azerbaijan. Pada tahun 90-an akibat separatisme Armenia, Nagorno Karabagh dan tujuh kota di sekitarnya diokupasinya, dan lebih dari satu juta orang Azerbaijan mengungsi di negerinya sendiri. Akibat okupasi Armenia Azerbaijan kehilangan 20% tanah miliknya. Seandainya Indonesia kehilangan salah satu provinsinya, tidak mungkin pendudukan seperti itu dibiarkan begitu saja. Sama halnya dengan Azerbaijan yang memulai perang suci ini demi menyelamatkan keutuhan teritorialnya.

Semua negara di dunia kecuali Armenia mengakui Nagorno Karabagh dan tujuh kota lain di sekitarnya sebagai wilayah Azerbaijan. Ada empat resolusi Dewan Keamanan PBB, yakni resolusi nomor 822, 853, 874, dan 884 yang berisi penegasan mengenai wilayah Azerbaijan dan seruan penarikan mundur pasukan Armenia dari wilayah Azerbaijan yang diokupasi.

Akibat agresi Armenia terhadap Azerbaijan, warisan-warisan kebudayaan Islam seperti masjid-masjid dan madrasah-madrasah dibongkar. Bahkan masjid-masjid yang setengah roboh digunakan sebagai kandang sapi. Kami yakin Indonesia yang berpenduduk agama Islam terbesar di dunia tidak bisa berdiam diri terhadap islamofobia semacam itu.

Perlu dicatat bahwa Azerbaijan selalu mengedepankan perdamaian. Selama tiga puluh tahun terakhir ini Azerbaijan berusaha untuk menyelesaikan konflik ini melalui cara diplomasi, tidak melalui perang. Namun, Armenia telah menolak berkali-kali untuk bernegosiasi dengan Azerbaijan bahkan dengan mengucapkan semboyan “Garabagh adalah Armenia, titik!” mengakhiri proses perdamaian.  

Dengan melepaskan rudal jarak menengah ke arah Khizi dan Absyeron, distrik yang berlokasi dekat dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia, Armenia menunjukkan ketidakhormatan dan kekejamannya terhadap warga sipil serta kedutaan-kedutaan besar dari berbagai negara yang berada di Azerbaijan. Angkatan bersenjata Armenia juga menyerang Mingachevir, lokasi pembangkit listrik di Azerbaijan, dan pipa minyak Baku-Tbilisi-Jeyhan, proyek strategis terbesar di kawasan Eropa. Pasukan Armenia juga terus menembakkan roket ke kota Ganja, kota terbesar kedua di Azerbaijan. Hingga saat ini lebih dari 30 warga sipil tewas dan lebih dari 150 lainnya cedera dalam serangan roket Armenia.

Walaupun visi Azerbaijan adalah mencapai perdamaian, konflik militer adalah satu-satunya jalan keluar untuk merebut kembali daerah milik Azerbaijan. Mengingat Indonesia adalah negara yang mengedepankan perdamaian, dan tidak menerima separatisme, maka kami percaya bahwa Indonesia akan mendukung Azerbaijan serta mengutuk agresi militer Armenia terhadap Azerbaijan.

Demikian atas perhatian dan kerja sama, kami ucapkan terima kasih".

 

Baku, 10 Oktober 2020

Kepala Pusat Studi Indonesia,

 Universitas Bahasa-Bahasa Azerbaijan

Laura Zarbaliyeva